Waktu itu Pak Ali guru sejarah minta kita nulis biografi singkat tentang diri sendiri, terus gue buat dan terlalu banyak isi gajelasnya, akhirnya gue singkat jadi tinggal dua halaman di ms. word kayak yang di bawah ini..
14
tahun yang lalu, di Rumah Sakit Pondok Indah pada bulan Desember tahun 1997.
Tanggal 28 pukul lima subuh saya dilahirkan secara normal sebagai anak pertama
dari pasangan Beben Subandi dan Dery Ardiany. Fadelia Deby Subandi resmi
menjadi nama saya. Nama tersebut mempunyai makna "perempuan utama--anak dari Dery
dan Beben Subandi”.
Sempat
tinggal sebentar di rumah nenek dan kakek di Pondok Labu, keluarga saya pindah
ke Bintaro saat berumur satu tahun. Teringat sedikit memori masa kecil ketika saya
duduk di mobil sebelah ayah, lalu ayah saya pun menyetel lagu Chrisye
sambil ikut bernyanyi.
Kira-kira
saat usia saya tiga tahun ayah ibu saya memutuskan untuk pindah ke daerah Lippo
Karawaci karena ibu ditugaskan untuk bekerja di sana. Teringat juga waktu dimana saya
masih sering bermain dan menari ‘aserehe’ bersama tetangga sekitar rumah, dan
masa disaat saya dapat menghabiskan delapan botol susu dalam sehari sehingga
badan saya waktu itu bisa dibilang gemuk.
Saya
terus tumbuh dan ketika umur saya sudah beranjak enam tahun, ibu saya hamil adik
yang lalu diberi nama Fadel Bryan Subandi. Di TK, saya termasuk salah satu yang
paling muda, walaupun begitu saya tetap mempunyai banyak teman yang masih saya
ingat sampai sekarang. Lalu saya melanjutkan SD di tempat yang sama yaitu
Sekolah Dian Harapan, dan ternyata setelah saya ingat-ingat banyak kegiatan
yang pernah saya alami sewaktu SD seperti mengikuti lomba hewan peliharaan, talent show, perwakilan abang-none
kelas, dan banyak kegiatan lain.
Ketika
usia saya mencapai tujuh tahun, kakek saya mengusulkan agar keluarga pindah ke
Bintaro lagi karena sekolah saya Dian Harapan saat itu adalah sekolah kristian
(ditakutkan saya tumbuh tanpa mengenal agama sendiri dengan baik). Saya dan
keluarga pun pindah ke rumah nenek dari ayah saya yang berada di Rempoa, lalu
saya diterima menjadi murid SD Al-Azhar Bintaro. SD merupakan masa-masa yang
sangat menyenangkan dan tanpa beban bagi saya. Di kelas tiga, walaupun saya
anak baru saya dapat mengenal banyak teman dan sejak itu sifat pemalu saya
terus berkurang.
Kelas
empat dan lima juga merupakan waktu yang menyenangkan, namun disini teman-teman
saya sudah mulai bersaing dalam mendapatkan nilai yang tinggi. Wali kelas saya
sewaktu kelas empat dan lima sama, yaitu Ibu Warnelis, beliau merupakan guru
yang kurang disukai karena metode belajarnya yang menggunakan cara berdiskusi dan menyulitkan kami. Tetapi terkadang hal-hal yang sulit seperti itulah yang akan
dirindukan.
Naik
ke kelas enam, disini saya dan teman-teman lainnya lebih terpacu meraih nilai tinggi karena kami akan segera lulus sekolah dasar. Sampai saat ini, saya masih
berteman baik dengan beberapa kawan di SD, mungkin karena ada sebagian teman SD
yang masuk di SMA yang sama seperti saya. Rasanya seperti masa yang terulang
kembali, namun dengan suasana yang jauh berbeda.
Ada
fakta unik, yaitu selama di SD Al-Azhar Bintaro ini saya terus-terusan mendapat
kelas Makkah (atau A) walaupun setiap naik kelas teman kelas kembali diacak,
juga wali kelas saya ketika saya kelas tiga yaitu Pak Tanjih kembali menjadi
wali kelas enam, sehingga hanya ada dua guru yang pernah menjadi wali kelas
saya.
Selesai
kesedihan berpisah dengan SD, beberapa teman dan saya sudah diterima di SMP
Labschool Kebayoran, sekolah yang sebenarnya terdengar asing bagi saya namun
bagus menurut ibu saya waktu itu. Sekarang dapat saya katakan sebagai alumni
SMP Labsky, sekolah ini memang sekolah yang mengajarkan berbagai life skill dengan kegiatan berlimpah dan
bukan sekolah yang hanya mementingkan nilai akademik semata.
Masih
teringat sewaktu PSB dan hari pertama SMP, saya merasa lebih dewasa walaupun
sifat masih sedikit kekanak-kanakan. Kelas tujuh dan kelas delapan saya kembali
masuk di kelas A. Entah mengapa, tetapi pernah melewati hidup sebagai murid
kelas 3A, 4A, 5A, 6A, 7A, 8A adalah salah satu hal yang saya banggakan.
Berbagai kegiatan di SMP dimulai dari LFSD (nama lain dari MOS), Expo Ekskul,
AKSI (Ajang Kreatifitas Siswa Islami), Aktual, LDKS (Latihan Dasar Kepemimpinan
Siswa), Orientasi dan Orientasi Lanjutan, menjadi Bendahara dari OSIS angkatan
saya yaitu Nawadighana Reska Hanggakara, lalu kegiatan BIMENSI (Bina Mental
Siswa), Pelantikan Paskibra, Acex Labspart (acara perlombaan olahraga antar
sekolah yang diselenggarakan sekolah), TO UAN, Homestay ke Oxford UK yang amat berkesan, sampai bicara mengenai tugas
‘berat’ seperti membuat majalah sewaktu kelas tujuh, membuat film berkelompok
sewaktu kelas delapan, juga tugas musikalisasi puisi dan karya tulis sewaktu
kelas sembilan merupakan pengalaman berharga bagi saya karena dari sanalah saya
belajar berorganisasi, mengatur waktu, belajar mengenal sifat orang lain, juga
belajar untuk lebih mandiri dan berani.
Seluruh
pengorbanan yang dilakukan sewaktu kelas sembilan seperti paket, materi
tambahan saat pagi atau pulang sekolah, dan belajar untuk ujian nasional
lainnya terbayarkan. Angkatan sembilan dari SMP Labschool Kebayoran yang
mempunyai nama Givetra Deruvast dan memiliki makna yaitu keistimewaan persahabatan generasi ke 9 yang beragam dan tetap menjaga
keutuhan hingga menjadi kebanggaan tak tergantikan, ternyata benar adanya, dibuktikan
ketika angkatan saya meraih nilai lulusan tertinggi dibanding angkatan-angkatan sebelumnya.
Selain
belajar banyak life skill dengan berorganisasi dan tentunya belajar
akademik, saya juga mengenal banyak teman baik yang saya syukuri, namun
sedihnya saya harus berpisah dengan mereka yang akan melanjutkan SMA di SMA
berbeda yang pastinya terbaik untuk mereka. Kebahagiaan dan rutinitas masa SMP
sekarang juga sudah tergantikan dengan kebiasaan-kebiasaan baru di SMA.
Beruntung
saya bersama 30-an teman lainnya diterima di SMA Labsky melalui jalur khusus sehingga
tidak perlu ikut tes. Kesempatan tersebut tidak saya sia-siakan. Waktu berlalu dan sekarang saya sudah
sampai pada minggu-minggu pertengahan September dimana tugas dan remedial
sudah terus mengejar, dan dari segala kesulitan pada situasi seperti sekarang yang ingin sekali
saya lakukan hanyalah menikmati masa-masa sekolah yang menurut Chrisye paling indah
ini.
|
|
0 comment:
Post a Comment