Monday, April 22, 2013

"Terima Kasih DVD-nya, Ayah!"



               Kalau diminta untuk mengingat pengalaman membeli DVD original, yang paling terkenang adalah pengalaman saya semasa kecil. Ayah saya, beliau begitu hobi menonton film di ruang keluarga, sambil gelap-gelapan dan menyetel suara dengan keras, 'biar filmnya terasa’ tuturnya. Sejak sedari kecil saya sudah disuguhi film semacam Lord of The Rings dan kawan-kawannya. Ayah saya tak selalu membeli DVD, beliau juga sering menggunakan jasa rental film. Saya lumayan sering diajak ikut bersamanya, biasanya saya meminjam sekitar 2-3 film, namun beliau pasti meminjam film lebih banyak lagi. Lalu kami akan menghabiskan weekend di rumah dengan menonton film yang telah kami pinjam. Sayang sekali jasa perentalan film sudah jarang sekali ada. Mungkin apabila masih banyak, orang lebih memilih merental daripada membeli film bajakan yang sangat marak dijual bebas saat ini.
               Beliau sendiri sering jengkel apabila ada temannya yang meminjam mobil namun menyetel DVD atau audio bajakan di dalam playernya, menurutnya segala sesuatu yang bajakan itu sama saja dengan mencuri dan tidak menghargai karya orang lain. “Susah dan mahal orang buat film, masa kamu ngehargain karya mereka cuma tujuh ribu? Kalau itu film kamu yang buat, emang mau dihargain tujuh ribu doang?” kata Ayah.
               Teringat ketika saya masih di sekolah dasar, apabila saya berhasil mendapat nilai bagus, hadiah dari Ayah pun hanya satu, ia akan membelikan saya DVD (atau CD, tergantung). Satu nilai bagus, satu DVD saya yang pilih. Apabila musim ujian, dan lebih dari satu mata pelajaran saya mendapat nilai bagus, maka di musim liburan nantinya saya pun punya banyak stok film untuk ditonton. Jika teman-teman saya dapat dengan mudah pergi ke bioskop (Ayah adalah seorang yang anti-bioskop mall) atau membeli DVD bajakan demi mengikuti perkembangan dunia perfilman, saya harus menunggu sedikit lama dan berusaha agar mendapat nilai yang bagus agar dibelikan DVD baru.
               Walau begitu, ternyata hal tersebut malah memotivasi saya, dan dengan menonton film itu sendiri saya juga dapat memperluas wawasan. Selain wawasan luas mengenai dunia di luar rumah, tanpa saya sadari ternyata saya dapat belajar banyak kosa kata asing dari situ. Bayangkan apabila saja dulu Ayah membelikan saya DVD bajakan, yang subtitlenya jelek tidak karuan, mungkin ilmu kosa kata saya bukannya bertambah malah akan dipusingkan olehnya.
               Tak hanya itu, semasa kecil saya juga bisa menghafal lagu dan belajar bernyanyi dengan cepat tentu dengan bantuan film-film original yang diberikan Ayah. Ada film kesukaan saya hingga sekarang yaitu trilogi The Lion King, dari film legendaris Disney itulah saya dapat menyerap banyak hal baik sewaktu kecil. Mungkin pengalaman belajar inilah yang juga turut membangun kepribadian dan pengetahuan ‘Hollywood’ saya. Contoh ketika teman saya kesulitan untuk menebak nama aktor ataupun aktris di permainan Famous Faces, nah itulah giliran saya untuk membantu mereka. Saya bisa menjawabnya karena Ayah sering memperkenalkan nama-nama pemain dari film yang kami tonton bersama. Hehehe.
               Ada satu hal lain, dari dulu Ayah saya ingin sekali punya home-theatre lengkap. Walau tak sekaligus, impian Ayah mulai terwujud dengan terbelinya audio yang menurut saya sudah canggih sekali. Sofa nyaman syukurnya kami sudah punya, mungkin tinggal ruangan permanen saja yang belum ada. Doakan ya, semoga di masa depan nanti saya dapat memberikan home-theatre idaman Ayah, sebagai wujud terima kasih atas didikannya selama ini (ya, termasuk koleksi DVD originalnya J ).
               Untuk ayah-ayah di luar sana, jangan ajarkan anak untuk merendahkan karya orang lain dengan cara membeli DVD bajakan. Murah sih memang murah, tapi daripada tersendat-sendat dan nontonnya harus mikir lebih karena terjemahannya jelek…Yuk! Beli DVD yang original aja, jauh lebih berkualitas lho. 



0 comment: