Another thoughts, maaf belom nulis juga tentang SMA kelas 11 dan 12.. awal Juni sangat amat hectic. Parah. Segala macem ada di awal Juni. Mulai dari tanggal 2 pindahan ke Depok, terus 5 verifikasi rapor, 6 wisuda, 9 daftar ulang, 11 prom, dan mulai tanggal 13 orientasi belajar mahasiswa. Tapi gak apa-apa, dinikmatin aja walaupun gue keseringan tepar tidur sampe kalo bangun suka linglung dan mager tidak melakukan apa-apa..
Akhir-akhir ini banyak sekali berita. Pertengahan 2015 memang wow. Dari pernikahan anaknya Jokowi, kasus Angeline, Caitlyn Jenner, sampe isu-isu sosial yang masih aja ada kayak Gojek, rape jokes, body-shaming dll..
Gue baru aja diajarin tentang berpikir kritis di OBM, dan iya gue emang baru sekali ikut kelas yang mengajarkan tentang berpikir kritis, tapi di sini gue mau menjelaskan mengenai 'berpikir kritis' dan sudut pandang gue. Menurut gue, berpikir kritis itu berbeda sama protes walaupun agak beda-beda tipis. Berpikir kritis itu berasal dari diri sendiri, di mana kita bisa menilai sesuatu hal ataupun informasi dari berbagai macam sudut pandang, sehingga pikiran kita bisa lebih terbuka dan kita pun lebih diajarkan untuk menghargai pendapat dan penilaian orang lain. Kita diajarkan untuk memiliki dasar yang kuat, untuk berpikir kreatif dan mengambil kesimpulan atas sesuatu setelah melihatnya dari berbagai sudut pandang dan memiliki dasar yang kuat. Intinya, tidak semua hal benar itu benar dan tidak semua hal salah itu salah. Berpikir kritis membuat kita untuk memiliki pandangan yang terbuka akan dunia dan tidak hanya memiliki 'one side of a story' atau pandangan sempit. Tentunya, berpikirnya juga harus dengan analisis dan secara sistematis juga menyeluruh.
Gue nyatet beberapa hal belakangan ini yang membuat gue agak gerah, bahwa masih banyak pikiran sempit di dunia ini. Gue ngomong gini bukan berarti gue punya pendapat paling benar, paling sah, paling adil, atau gue orang dengan pandangan paling terbuka sedunia. Ya enggaklah, menurut gue di beberapa kasus, norma dan aturan tetap ditegakkan agar moral masih 'nyata' di dunia ini, ya semua hal memang pasti punya sisi positif dan negatifnya, kan? Sayangnya hal kayak gini sulit diterapkan emang sehari-hari.
Isu pertama mengenai badan. Iya badan lo, raga lo, tempat jiwa lo bernaung selama hidup di dunia yang sekarang ini. Menurut gue semua orang berhak mengatur badannya sendiri selama ia tidak membahayakan/mengganggu dirinya sendiri, orang lain, maupun masyarakat. Badan lo merupakan cerminan diri lo, orang lain melihat lo adalah ya.. melalui wajah dan badan juga gestur dan mimik lo. Tapi, misal aja orang yang berdandan yang dianggap kurang normal, misalnya memakai anting besar, baju hitam-hitam, rantai, sepatu boots belel, rambut berantakan atau jabrik, dan kadang bertato. Seketika bisa dinilai sebagai sub budaya punk oleh masyarakat. Dilihat dari individu, sebenarnya gak ada salahnya dengan berdandan seperti itu, kan? Memang kesannya menyeramkan, tapi itu tubuh dia kan, terserah dia bagaimana mau 'menghias'nya? Selama ia percaya diri dan merasa bahwa pakaiannya menunjukan identitas dirinya, mengapa harus dilarang?
Akan tetapi, berpakaian seperti punk misalnya, memang identik dengan hal-hal yang kurang sesuai norma yang disepakati masyarakat, itulah yang menyebabkan orang yang berpakaian seperti itu langsung dihakimi sebagai sesorang yang tidak baik. Padahal, untuk bisa menilai seseorang memiliki karakter yang baik ataupun buruk, tentu seseorang harus mengenal orangnya secara langsung bukan?
Punk yang suka mabuk-mabukan dan membahayakan masyarakat, suka naik angkutan dan ngamen seadanya lalu meminta uang secara paksa, itulah yang mengganggu ketertiban masyarakat, jadi tidak semua orang yang memilih untuk mendandani dirinya dengan ciri khas suatu sub-budaya misalnya punk, adalah orang yang tidak baik.
Beda lagi dengan pandangan bahwa orang yang berkain panjang, bersorban ataupun berpeci, juga tentu dilihat masyarakat sebagai seseorang yang sudah pasti baik akhlaknya. Bukan berarti semua orang yang berpakaian rapih berarti ternyata dalamnya kotor dan tidak baik, tetapi dengan berpakaian seperti itu seseorang berarti ingin mencerminkan bahwa dirinya adalah 'orang baik'. Kadang bisa dilihat langsung, seorang artis misalnya, sehari-hari memakai pakaian terbuka, okelah, tapi ketika disidang atau dalam situasi 'minta dikasihani' mungkin memakai kerudung atau pashmina yang ingin menunjukan bahwa ia seseorang yang baik dalam dirinya, padahal faktanya ia telah melakukan sesuatu hal buruk. Dengan mengubah cara berpakaian, seakan 'image' nya akan seketika berubah ketika dilihat oleh masyarakat, menjadi seseorang yang tidak bersalah, padahal itu suatu hal yang sangat munafik. Menurut gue, lebih parah daripada anak punk yang jujur dengan identitasnya sendiri.
Kesimpulannya menurut gue, adalah bahwa ada baiknya kita tidak menilai seseorang hanya karena cara berpakaiannya. Kadang gue melihat teman gue berpakaian terlalu terbuka, ya itu hak dia, karena badan adalah badannya dan baju juga yang beli dia, namun apabila sudah melanggar batas.. memang harus diingatkan. Karena masyarakat tentu risih juga melihatnya. Tapi selama dia masih menggunakan pakaian sesuai situasi, ya tidak apa-apa (Misal: pake bikini di pantai, ya yaudah. Kalo yang liat ya cuma orang di sekitar pantai). Tapi kadang gue juga melihat yang berpakaian terlalu terbuka lalu dipost di sosial media, ya tidak apa-apa, asal mengerti resiko bahwa badannya bisa secara mudah dilihat oleh banyak orang. Kalau sudah paham resikonya dan tidak masalah bahwa badannya bisa dilihat semudah itu (yang bisa saja menjurus ke hal lainnya) ya.. tidak ada masalah dan gak perlu diomongin lagi..
Bukan dari yang pakaianya terlalu terbuka juga sebenarnya, kadang gue sendiri pun suka menilai orang yang berpakaian terlalu tertutup. Kadang gue mikir "emang gak gerah apa?" tapi itu ya hak dia untuk menutup tubuhnya sendiri dengan kain yang tidak membentuk badan. Di satu sisi gue emang heran, tapi di satu sisi gue juga salut karena diumur segini ketika lo sangat ingin menunjukan identitas lo, ternyata banyak yang memilih untuk menutup rambutnya dan tidak memperlihatkan bentuk tubuhnya. Memakai hijab emang suatu hal yang mulia, dan dengan memakai hijab lo berhak merasa aman karena 'tidak dilirik' seseorang karena fisik semata.. Tapi bukan berarti memakai hijab itu lebih baik dari yang tidak memakai. Bukan berarti yang tidak memakai hijab itu sudah pasti masuk neraka, kan? Yang menilai memang kembali lagi pada Tuhan. Apalagi ketika lo memaksa seseorang untuk memakai hijab, perilaku lo itu lah yang tidak mulia, ini menurut gue ya. Ketika seseorang sudah mendapat hidayah dan memang keinginan sendiri untuk memakai hijab, tidak hanya fisik tetapi perilakunya juga, ya itu yang sangat hebat. Kalo orang dipaksa atau disindir-sindir memakai hijab, kan ada dua kemungkinan. Satu, nurut tapi belum tentu ikhlas hatinya. Dua, makin gak pengen pake hijab. Jujur aja, gue yang kedua. Gue percaya bahwa seseorang punya hak atas raganya, tapi gue disindir untuk memakai hijab yang bukan sepenuhnya kemauan gue karena kemauan gue.. ya beginilah jadinya. Sebenernya ya kalo mengingatkan gak apa-apa, tapi kalo udah diingetin ya orangnya memang belum mau, kenapa harus dipaksa sih? Selama gue masih tau batas kesopanannya ya, gak apa-apa. Toh gue juga bukan termasuk yang pergi kesekolah pake bra neon terus gapake daleman biar keliatan dari belakang..
(Khusus ini gue risih, karena gak ada seksi-seksinya nyet kayak gitu sih menurut gue, terlebih lagi di sekolah ada guru laki-laki gue sih gak mau ya diomongin karena fisik gue semata, karena fisik gak bertahan lama nanti juga tua dan tubuh ini memang anugerah genetik dari Tuhan juga. Beda halnya kalo diomongin orang karena pencapaiannya, atau karakternya yang baik deh, itu baru membanggakan)
Ya sekian itu satu hal mengganjal yang baru gue luapkan dalam tulisan yang belum rapih ini, masih satu dari sekian banyak komentar yang gue miliki hahaha. Semoga gue bisa menjadi seseorang yang ikut berperan dalam merubah pandangan orang-orang tentang isu seperti ini ya, ya tentu tanpa paksaan juga. Niatnya baik kok, biar kita menghargai adanya perbedaan di dunia dan tidak asal dalam menilai sesuatu
Seperti Kanye West bilang, "There's so many beautiful colors in the world but we see the world through one color".
Cheers,
Deb
0 comment:
Post a Comment