Friday, January 4, 2013

habibie & ainun (2012)



bagi yang belum nonton dan pengen nonton............ini di bawah isinya menceritakan kembali film habibie & ainun HAHAHA jadi lebih dari spoiler.
jarang-jarang nih nonton film di bioskop sama keluarga, sekali nonton diajak nonton habibie&ainun, mumpung ada film yang kekeluargaan hahah. menurut gue karena filmnya berkesan dan memberi pesan moral (walaupun banyak iklan-iklan nampang) gue jadi pengen nyeritain ulang, plus menurut gue (dan sebagian besar orang sepertinya), akting reza rahadian yang jadi habibie keren banget, sangat mendalami ea


Film yang diadaptasi dari buku berjudul sama ini menceritakan potongan-potongan perjalanan hidup seorang B.J Habibie (Reza Rahadian) dan hubungan rumah tangganya bersama sang istri Alm. Ainun Habibie (Bunga C. Lestari), mulai dari mereka bertemu sampai bagaimana Presiden Indonesia yang ketiga ini setia menemani sang istri sampai akhir hayatnya. 

Di awal film penonton disuguhi adegan kuno dimana Ainun bertemu Habibie pertama kali, rupanya mereka teman sekolah masa kecil. Seorang guru sempat menggoda Ainun dan Habibie, mengatakan di depan kelas bahwa mereka saling berjodoh karena sama-sama pandai, dan ternyata ucapan guru tersebut memang benar adanya.
  Latar tempat dan waktu berubah ketika Habibie menuntut ilmu ke Jerman, di sana ia sempat jatuh sakit lalu kembali ke Indonesia setelah pendidikannya selesai. Sampai di Indonesia ia diajak bersilahturahmi ke rumah H. Mohammad Besari, ayah Ainun. Di perjalanan menuju kesana ia mengingat masa kecilnya ketika ia pernah mengolok Ainun, "Kamu item. Jelek. Kayak gula jawa.". Tak disangka, Habibie malah tercengang saat bertemu kembali dengan Ainun yang sedang asyik menjahit, "gula jawa sudah berubah menjadi gula pasir" gumamnya. 
Semenjak itu Habibie menjadi terpikat dengan kecantikan Ainun, dan walaupun banyak teman yang meragukan Habibie karena ia bukan siapa-siapa, Habibie pantang menyerah untuk mendapatkan cinta Ainun.

Tentara berpangkat tinggi dan anak pejabat yang berpunya datang bertamu kerumah Ainun untuk melamarnya, namun Ainun sendiri telah memilih untuk jatuh cinta pada Habibie. Ainun bagaikan kasmaran saat menulis surat pada sahabatnya, Arlies, yang juga seorang dokter seperti Ainun. Ainun menceritakan tentang Habibie dan keinginannya untuk pergi ke Jerman bersamanya di surat tersebut. Pada suatu pesta, Arlies dengan ceplas-ceplosnya menjodohkan Habibie dan Ainun dan membuat mereka berdua tersipu, namun terlihat jelas bahwa mereka yakin pada perasaan yang mereka rasakan. Di perjalanan pulang menaiki becak, Habibie meminta Ainun untuk menjadi istrinya, Habibie pun berjanji untuk menjadi suami terbaik untuk Ainun. Ainun yang malu meminta maaf sembari berkata bahwa ia belum tentu menjadi istri yang terbaik untuk Habibie. Mereka pun menikah dengan adat Jawa, setelah itu Ainun diajak Habibie untuk ikut dan membangun keluarga di Jerman.

Habibie yang kembali belajar di teknik mesin dan bekerja di sana menemukan berbagai penemuan baru yang menguntungkan bagi Jerman, namun sebelum itu keluarga kecil Ainun dan Habibie sempat dilanda kekurangan. Di sebuah musim dingin, Habibie yang ingin pulang namun kekurangan uang akhirnya memilih pulang kerumah dengan berjalan kaki. Sampainya di rumah kaki Habibie lecet karena sepatu yang digunakan sudah rusak, saat itu Ainun pun mengungkapkan isi hatinya bahwa ia ingin pulang ke Jakarta. Pada waktu itu Ainun sudah hamil anak pertama dan mereka masih tinggal di flat yang sempit, tetapi Habibie memotivasi Ainun dan berjanji padanya bahwa akhir yang baik akan mereka raih bersama. 

Setelah anak pertama mereka lahir, tak lama berselang lalu disusul oleh anak kedua. Habibie yang sudah lebih mapan pun pindah flat, Ainun pun yang rindu dengan pekerjaannya menjadi dokter kembali membuka praktek di Jerman sebagai dokter anak. Keluarga mereka pun kembali sempat dirundung masalah ketika Ainun harus operasi karena ada penyakit di ovariumnya, Habibie pun khawatir namun pada akhirnya operasi berjalan lancar. 

Habibie sempat mengirim surat ke Indonesia yang menyatakan ketersediaannya untuk bekerja di Indonesia dan membantu membangun bangsa dengan ilmunya. Sayang sekali lamaran pekerjaan untuk bekerja di negeri sendiri ditolak waktu itu, namun Ainun menghibur Habibie dan akhirnya Habibie pun lanjut bekerja untuk Jerman. Namun pada suatu hari Habibie dipanggil oleh seorang perwakilan dari kedutaan Indonesia di Jerman, proyek impian Habibie untuk membangun pesawat asli Indonesia akan didukung karena saat itu dijelaskan bahwa Presiden Soeharto sedang giat-giatnya membangun bangsa dari segala bidang. Pulang ke Indonesia, Habibie diangkat menjadi menteri, namun Ainun masih tinggal di Jerman karena ia masih harus bertugas menjadi seorang dokter. 

Habibie pun mulai merancang dan merealisasikan pesawat karya anak bangsanya, pesawat yang diciptakan oleh pekerja Indonesia sendiri. Tiap hari ia melihat perkembangan pembangunan pesawat tersebut dan ia menunjukan sifat seorang pemimpin yang ramah dan pengertian terhadap karyawannya. Tak lama, Ainun pun pulang ke Indonesia bersama anak-anaknya, Ainun terus menunjukan dukungannya pada Habibie dalam usaha mewujudkan pesawat Indonesia perdana ini. 

Selama menjadi menteri banyak sekali godaan yang dihadapi Habibie, ia sempat 'nyaris' disuap oleh pengusaha, namun Habibie bertekad dan memang sudah sifatnya untuk jujur sehingga ia menolak mentah-mentah tawaran itu. Lalu sampailah kepada hari dimana pesawat perdana karya anak bangsa akan diluncurkan, Ainun berkata bahwa impian Habibie telah terwujud sudah. 

Ainun sebenarnya sudah tahu dirinya sakit, namun ia tidak ingin memberitahu Habibie karena Habibie sibuk dalam pekerjaannya dan takut pikirannya akan terbebani. Habibie pun diangkat menjadi wakil presiden Indonesia, sewaktu ia menjabat ternyata terjadi pemberontakan di Jakarta oleh mahasiswa yang menunggu jaman orde baru untuk segera runtuh dan menuju reformasi. Setelah Presiden Soeharto turun iapun menggantikannya dan menjadi Presiden Indonesia yang ketiga. Saat menjabat ia sering sekali mengurangi jatah tidurnya menjadi satu jam saja dan waktunya banyak tersita untuk mencari solusi terhadap masalah yang melanda Indonesia. Ainun sebagai seorang istri pun khawatir dengan kondisi Habibie, Habibie sendiri sudah dari dulu menderita penyakit yang membuat dirinya harus minum obat secara rutin semenjak ia jatuh sakit di Jerman sewaktu kuliah. 

Kesempatan untuk mencalonkan diri menjadi presiden untuk kedua kalinya ditolak Habibie, ia ingin meluangkan waktunya untuk istri dan anak-anaknya. Maka pergilah ia dan Ainun ke Jerman untuk honeymoon lagi. Ainun dan Habibie mengalami waktu yang indah bersama di Jerman hingga akhirnya mereka pulang kembali ke Jakarta, terlihat kondisi Ainun terlihat sudah mulai melemah. Sewaktu Ainun memberikan ucapan sambutan pada suatu acara, seketika saja kondisi badannya melemah sehingga ia masuk rumah sakit. Habibie sangat khawatir dan saat ia tahu bahwa kanker ovarium yang diderita Ainun sudah menyebar, ia segera menyiapkan keberangkatan Ainun ke Jerman untuk mengikuti pengobatan intens di sana. Ainun masuk rumah sakit di daerah Munchen dimana ia sembilan kali di operasi, anak-anak dan Habibie tak henti-hentinya berdoa untuk kesembuhan Ainun.

 Dr. Arlies (sahabat Ainun) sudah tidak kuat melihat Ainun yang sangat layu dan hidupnya hanya ditopang oleh alat-alat rumah sakit, namun Habibie tetap tak rela dan bersikeras akan melakukan apapun untuk kesembuhan Ainun. Di saat-saat kritis, Habibie sempat mengatakan selamat ulang tahun perkawinan yang ke 48 pada Ainun, dan mungkin itulah adegan klimaks dimana penonton bioskop (terutama yang perempuan) menangis. Di adegan ini ditunjukan betapa besar rasa sayang antara Habibie dan Ainun.

Ainun berpulang tahun 2010 lalu dan jasadnya dibawa kembali ke Jakarta untuk dimakamkan, ditunjukkan cuplikan flashback ketika Habibie menikahi Ainun dan ucapan janji Habibie untuk menjadi suami yang terbaik baginya. Habibie yakin bahwa Ainun memang dilahirkan untuk dirinya dan ia sendiri dilahirkan untuk Ainun. 
Saat terbaring sakit, Ainun sempat berkata bahwa ia dan Habibie telah menjadi satu kesatuan, dan juga bahwa Habibie telah menepati janjinya untuk menjadi suami yang terbaik. 
Walau sudah dimakamkan Habibie pun tetap berkunjung ke makam Ainun selama 40 hari berturut-turut, Habibie berkata dan menunjukan bahwa ia merasa benar-benar beruntung mempunyai istri seperti Ainun.

0 comment: