bagi yang belum nonton dan pengen nonton............ini di bawah isinya menceritakan kembali film habibie & ainun HAHAHA jadi lebih dari spoiler.
jarang-jarang nih nonton film di bioskop sama keluarga, sekali nonton diajak nonton habibie&ainun, mumpung ada film yang kekeluargaan hahah. menurut gue karena filmnya berkesan dan memberi pesan moral (walaupun banyak iklan-iklan nampang) gue jadi pengen nyeritain ulang, plus menurut gue (dan sebagian besar orang sepertinya), akting reza rahadian yang jadi habibie keren banget, sangat mendalami ea
Di awal film penonton disuguhi adegan kuno dimana Ainun bertemu Habibie pertama kali, rupanya mereka teman sekolah masa kecil. Seorang guru sempat menggoda Ainun dan Habibie, mengatakan di depan kelas bahwa mereka saling berjodoh karena
sama-sama pandai, dan ternyata ucapan guru tersebut memang benar adanya.
Latar tempat dan waktu berubah ketika Habibie menuntut ilmu ke Jerman, di sana
ia sempat jatuh sakit lalu kembali ke Indonesia setelah pendidikannya selesai.
Sampai di Indonesia ia diajak bersilahturahmi ke rumah H. Mohammad Besari, ayah Ainun. Di perjalanan menuju kesana ia mengingat masa kecilnya ketika ia
pernah mengolok Ainun, "Kamu item. Jelek. Kayak gula jawa.". Tak
disangka, Habibie malah tercengang saat bertemu kembali dengan Ainun yang sedang
asyik menjahit, "gula jawa sudah berubah menjadi gula pasir" gumamnya.
Semenjak itu
Habibie menjadi terpikat dengan kecantikan Ainun, dan walaupun banyak teman
yang meragukan Habibie karena ia bukan siapa-siapa, Habibie
pantang menyerah untuk mendapatkan cinta Ainun.
Tentara berpangkat tinggi dan anak pejabat yang berpunya datang bertamu
kerumah Ainun untuk melamarnya, namun Ainun sendiri telah memilih untuk jatuh cinta pada Habibie. Ainun
bagaikan kasmaran saat menulis surat pada sahabatnya, Arlies, yang juga seorang dokter
seperti Ainun. Ainun menceritakan tentang Habibie dan
keinginannya untuk pergi ke Jerman bersamanya di surat tersebut. Pada suatu pesta, Arlies dengan
ceplas-ceplosnya menjodohkan Habibie dan Ainun dan membuat mereka berdua tersipu, namun terlihat jelas bahwa mereka yakin pada perasaan yang mereka rasakan. Di perjalanan pulang menaiki becak,
Habibie meminta Ainun untuk menjadi istrinya, Habibie pun berjanji untuk
menjadi suami terbaik untuk Ainun. Ainun yang malu meminta maaf
sembari berkata bahwa ia belum tentu menjadi istri yang terbaik untuk Habibie.
Mereka pun menikah dengan adat Jawa, setelah itu Ainun diajak Habibie untuk
ikut dan membangun keluarga di Jerman.
Habibie yang kembali belajar di
teknik mesin dan bekerja di sana menemukan berbagai penemuan baru yang
menguntungkan bagi Jerman, namun sebelum itu keluarga kecil Ainun dan Habibie
sempat dilanda kekurangan. Di sebuah musim dingin,
Habibie yang ingin pulang namun kekurangan uang akhirnya memilih pulang kerumah dengan berjalan kaki. Sampainya di rumah
kaki Habibie lecet karena sepatu yang digunakan sudah rusak, saat itu Ainun pun
mengungkapkan isi hatinya bahwa ia ingin pulang ke Jakarta. Pada waktu itu Ainun
sudah hamil anak pertama dan mereka masih tinggal di flat yang sempit, tetapi
Habibie memotivasi Ainun dan berjanji padanya bahwa akhir yang baik akan mereka
raih bersama.
Setelah anak pertama mereka lahir, tak lama berselang lalu disusul
oleh anak kedua. Habibie yang sudah lebih mapan pun pindah flat, Ainun pun yang
rindu dengan pekerjaannya menjadi dokter kembali membuka praktek di Jerman sebagai
dokter anak. Keluarga mereka pun kembali sempat dirundung masalah ketika Ainun
harus operasi karena ada penyakit di ovariumnya, Habibie pun khawatir namun
pada akhirnya operasi berjalan lancar.
Habibie sempat mengirim surat ke Indonesia
yang menyatakan ketersediaannya untuk bekerja di Indonesia dan membantu
membangun bangsa dengan ilmunya. Sayang sekali lamaran pekerjaan untuk bekerja
di negeri sendiri ditolak waktu itu, namun Ainun menghibur Habibie dan akhirnya
Habibie pun lanjut bekerja untuk Jerman. Namun pada suatu hari Habibie dipanggil oleh
seorang perwakilan dari kedutaan Indonesia di Jerman, proyek impian Habibie
untuk membangun pesawat asli Indonesia akan didukung karena saat itu dijelaskan bahwa Presiden
Soeharto sedang giat-giatnya membangun bangsa dari segala bidang. Pulang ke
Indonesia, Habibie diangkat menjadi menteri, namun Ainun masih tinggal di
Jerman karena ia masih harus bertugas menjadi seorang dokter.
Habibie pun mulai
merancang dan merealisasikan pesawat karya anak bangsanya, pesawat yang diciptakan oleh pekerja Indonesia sendiri. Tiap hari ia melihat perkembangan pembangunan pesawat
tersebut dan ia menunjukan sifat seorang pemimpin yang ramah dan pengertian terhadap karyawannya. Tak lama, Ainun pun pulang ke Indonesia bersama
anak-anaknya, Ainun terus menunjukan dukungannya pada Habibie dalam usaha mewujudkan
pesawat Indonesia perdana ini.
Selama menjadi menteri banyak sekali godaan yang dihadapi
Habibie, ia sempat 'nyaris' disuap oleh pengusaha, namun Habibie bertekad dan
memang sudah sifatnya untuk jujur sehingga ia menolak mentah-mentah tawaran itu. Lalu sampailah
kepada hari dimana pesawat perdana karya anak bangsa akan diluncurkan, Ainun berkata
bahwa impian Habibie telah terwujud sudah.
Ainun sebenarnya sudah tahu dirinya sakit,
namun ia tidak ingin memberitahu Habibie karena Habibie sibuk dalam
pekerjaannya dan takut pikirannya akan terbebani. Habibie pun diangkat menjadi wakil presiden Indonesia, sewaktu ia menjabat
ternyata terjadi pemberontakan di Jakarta oleh mahasiswa
yang menunggu jaman orde baru untuk segera runtuh dan menuju reformasi. Setelah
Presiden Soeharto turun iapun menggantikannya dan menjadi Presiden Indonesia yang ketiga. Saat
menjabat ia sering sekali mengurangi jatah tidurnya menjadi satu jam saja dan
waktunya banyak tersita untuk mencari solusi terhadap masalah yang melanda Indonesia.
Ainun sebagai seorang istri pun khawatir dengan kondisi Habibie, Habibie sendiri sudah dari dulu menderita
penyakit yang membuat dirinya harus minum obat secara rutin semenjak ia jatuh sakit
di Jerman sewaktu kuliah.
Kesempatan untuk mencalonkan diri menjadi presiden untuk kedua kalinya ditolak Habibie, ia ingin meluangkan waktunya untuk istri dan anak-anaknya. Maka pergilah ia dan Ainun ke Jerman untuk honeymoon lagi. Ainun dan
Habibie mengalami waktu yang indah bersama di Jerman hingga akhirnya mereka
pulang kembali ke Jakarta, terlihat kondisi Ainun terlihat sudah mulai melemah. Sewaktu Ainun memberikan ucapan sambutan pada suatu acara, seketika saja kondisi badannya melemah sehingga ia masuk rumah sakit. Habibie sangat
khawatir dan saat ia tahu bahwa kanker ovarium yang diderita Ainun sudah
menyebar, ia segera menyiapkan keberangkatan Ainun ke Jerman untuk mengikuti
pengobatan intens di sana. Ainun masuk rumah sakit di daerah Munchen dimana ia
sembilan kali di operasi, anak-anak dan Habibie tak henti-hentinya berdoa untuk
kesembuhan Ainun.
Dr. Arlies (sahabat Ainun) sudah tidak kuat melihat Ainun yang
sangat layu dan hidupnya hanya ditopang oleh alat-alat rumah sakit, namun
Habibie tetap tak rela dan bersikeras akan melakukan apapun untuk kesembuhan
Ainun. Di saat-saat kritis, Habibie sempat mengatakan selamat ulang tahun
perkawinan yang ke 48 pada Ainun, dan mungkin itulah adegan klimaks dimana penonton
bioskop (terutama yang perempuan) menangis. Di adegan ini ditunjukan betapa besar rasa sayang antara
Habibie dan Ainun.
Ainun berpulang tahun 2010 lalu dan jasadnya dibawa
kembali ke Jakarta untuk dimakamkan, ditunjukkan cuplikan flashback ketika Habibie
menikahi Ainun dan ucapan janji Habibie untuk menjadi suami yang terbaik baginya. Habibie
yakin bahwa Ainun memang dilahirkan untuk dirinya dan ia sendiri dilahirkan untuk Ainun.
Saat
terbaring sakit, Ainun sempat berkata bahwa ia dan Habibie telah menjadi satu kesatuan, dan juga bahwa Habibie
telah menepati janjinya untuk menjadi suami yang terbaik.
Walau sudah dimakamkan Habibie pun tetap berkunjung ke makam Ainun selama 40 hari
berturut-turut, Habibie berkata dan menunjukan bahwa ia merasa benar-benar beruntung mempunyai istri seperti
Ainun.
0 comment:
Post a Comment