Monday, December 23, 2013

Generasi Muda Indonesia yang Menjawab Tantangan di Masa Depan


            Indonesia. Indonesia merupakan negara dengan komposisi penduduk berbentuk piramida ekspansif, yaitu negara dimana tingkat kelahiran penduduk lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat kematian. Dengan tingginya tingkat kelahiran di Indonesia, tentu akan tercipta banyak bibit-bibit penduduk usia produktif yang dapat dimanfaatkan untuk menjawab tantangan di masa yang akan datang. Bukan tak mungkin, Indonesia akan segera menjadi negara maju apabila ditopang oleh sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu memimpin negeri ini.

            Di era dimana teknologi sudah lebih maju dan memungkinkan hubungan antar negara menjadi lebih mudah, tentu informasi yang diterima oleh anak muda jauh lebih banyak dan beragam karena berasal dari berbagai negara dan bahasa di belahan dunia yang berbeda. Apabila di masa sebelumnya informasi hanya bisa didapat melalui radio dan televisi yang terbatas, sekarang sudah ditemukan sebuah teknologi bernama internet yang membuat segalanya menjadi praktis. Ingin mencari soal-soal latihan untuk ujian? Perpustakaan akan menjadi pilihan nomor dua, karena sebagai anak muda yang ‘tidak ingin repot’, mencari sumber di internet akan jauh lebih mudah dibandingkan harus mencari informasi diantara buku-buku perpustakaan. Semudah ketikan jari dan koneksi ke dunia maya, sumber dan segala informasi dapat dengan mudah diraih. Suatu era yang disebut juga sebagai era globalisasi, dimana segalanya dapat dijangkau lebih mudah, namun menimbulkan keterkaitan hubungan antar negara di berbagai sektor.

            Bersamaan dengan ditemukannya internet, generasi muda Indonesia juga ikut diuntungkan, salah satunya dibidang hiburan. Tanpa internet, rasanya lebih sulit untuk mengetahui berbagai informasi dan perkembangan mengenai film, musik, olahraga dan bidang hiburan lainnya. Bukan lebih sulit sebenarnya, tetapi lebih ‘terlambat’, karena dengan teknologi internet suatu berita dapat diketahui dengan lebih cepat, walaupun berasal dari negara yang jauh. Contohnya tentang berita mengenai wafatnya salah satu aktor Hollywood, Paul Walker, akibat kecelakaan saat mengendarai mobil mewah. Berita lengkap mengenai peristiwa naas tersebut pertama kali didengar melalui situs berita di internet. Ternyata, apapun yang terjadi di dunia, dapat diketahui lebih cepat melalui sarana bernama internet ini.

            Namun dari berbagai keuntungan yang didapat dari internet, tentu terdapat  juga berbagai kerugian. Salah satu contoh yang mudah ditemui adalah kegiatan ‘idoling’ yang berlebihan. ‘Idoling’ sendiri adalah kegiatan mengidolakan, yang wajar dilakukan oleh anak muda maupun dewasa. Tetapi lebih umum dijumpai di usia muda karena di saat inilah anak muda sedang gencar mencari jati dirinya. Dengan mudahnya akses informasi mengenai tokoh idola, kegiatan interaksi antar sesama penggemar, anak muda dapat dengan mudah mengagumi idolanya yang berada jauh darinya melalui internet. Ada hal yang perlu diperhatikan apabila idola yang umumnya berasal dari luar negeri ini sampai berimbas kepada memudarnya rasa cinta tanah air individu, karena menganggap karya orang asing lebih baik dan sesuai untuk dirinya dibandingkan budaya asal negerinya sendiri. Merupakan hal baik apabila kegiatan ‘idoling’ ini berbuah menjadi sebuah inspirasi berkarya, tetapi akan menjadi tantangan besar apabila sampai merusak jiwa nasionalisme individu muda karena lebih tertanamnya budaya asing dibandingkan akar budaya sendiri. Sebagai generasi muda yang akan memimpin di masa depan nanti, lebih baik jika memiliki wawasan yang mendunia tetapi juga mampu melestarikan budaya bangsanya, dan akan jauh lebih baik lagi apabila bisa membawa harum nama bangsa sehingga Indonesia bisa dikenal di mata dunia.

            Apabila generasi muda sudah memiliki rasa cinta tanah air, maka hal-hal positif lain akan ikut dengan sendirinya. Generasi muda yang sudah memiliki rasa cinta tanah air, misalnya, akan menambah pengetahuan mengenai segala potensi yang dimiliki oleh negara kita, dan dengan kreativitasnya dapat dimanfaatkan menjadi sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan menguntungkan negara, bukan menguntungkan kantong sendiri. Seperti yang bisa dilihat dari hasil penelitian Transparancy International (TI) tahun ini, Indonesia masih menduduki peringkat ke-64 dari 177 negara paling korup di dunia. Hasil penelitian ini juga menyiratkan fakta bahwa pejabat negara cenderung masih mementingkan kepentingan sendiri daripada kepentingan rakyat. Padahal, menjadi pemimpin adalah suatu amanah yang diberikan oleh rakyat, dan wajib dipertanggungjawabkan. Namun sayangnya, sampai sekarang masih sering disalahgunakan. Di negeri ini, terdapat berbagai macam kasus korupsi, ada kasus politik dinasti, ada kasus impor daging sapi, kasus kementrian agama, kasus suap Mahkamah Agung, kasus simulator SIM, kasus pembangunan wisma atlet, dan berbagai kasus-kasus lainnya yang apabila ditotal kerugian yang ditanggung negara, alih-alih untuk mengisi kantong pribadi, mungkin sebenarnya bisa dipakai untuk melunasi utang-utang pembangunan negeri ini.

            Dari masa sekarang untuk mencapai Indonesia yang lebih baik di masa depan, cara utama dalam meraihnya mau tak mau adalah dengan memberantas koruptor. Dengan musnahnya pencuri dan penyeleweng jabatan, yang lalu digantikankan oleh orang-orang jujur yang memang kompeten dan berkualitas, Indonesia dapat berkembang lebih baik di berbagai sektor. Pejabat yang tak berpikir panjang akan dengan mudah menerima suap dan diam saja melihat sumber daya alam negaranya dieksploitasi oleh bangsa asing yang lebih cerdas. Kebalikannya, pemimpin negara yang pintar tentu dapat mengoptimalkan segala potensi yang ada di Indonesia, dan memberi manfaatnya bagi masyarakat sekitar, daerah, dan juga negara. Bisa dibayangkan apabila di Indonesia tidak ada korupsi, uang pendidikan akan sampai kepada yang benar-benar membutuhkan sehingga semua rakyat dapat mengenyam pendidikan dasar. Tetapi kenyataannya terjadi kesenjangan begitu tinggi antara pendidikan di kota dan di desa, sehingga di daerah pelosok Indonesia, bukan tak mungkin bagi masyarakat yang masih buta-tulis untuk dibodoh-bodohi oleh pengusaha yang ingin mengeksploitasi hutannya.

            Bukan hanya perihal program pendidikan gratis saja, namun kita sebaiknya lebih mementingkan mutu pendidikan yang masih rendah. Faktor utama selain kualitas guru yang  masih rendah adalah kurikulum dan aturan yang belum matang sering berganti sehingga menyebabkan kerusakan pada pemahaman mengenai pendidikan yang seharusnya. Kenyataannya di Indonesia, sebagian besar anak selalu dinilai dari hasil akhir pencapaian akademiknya. Memang hasil akhir adalah hasil dari suatu proses belajar, namun tidak selalu harus berorientasi terhadap nilai akademik, bukan? Tanpa nilai sesungguhnya, yaitu nilai kejujuran, nilai bagus di kertaspun dapat diraih dengan mudah, bisa lewat mencontek, bocoran dan sebagainya. Pelajar pun terpaksa mencontek karena fakta ‘orientasi terhadap nilai akademik’ tersebut. Apabila proses belajar dan mengajar antara guru dan murid benar-benar berhasil, tentu pelajar tidak perlu mencontek karena dapat mengerjakan ujian sesuai dengan tingkat pemahamannya masing-masing. Sistem pendidikan yang berlaku juga lebih memaksa anak untuk ‘nurut’ dan kurang membiarkan anak mengeksplorasi bakat dan minat yang dimilikinya,  yang sebenarnya lebih efektif untuk menggali potensi kreatif di bidangnya dan mengasah daya pikir kritis dalam menghadapi persoalan-persoalan yang dibutuhkan kelak saat anak dewasa nanti. Apabila sedari kecil anak sudah dipupuk untuk selalu jujur, kreatif, dan memiliki daya pikir kritis, maka di masa yang akan datang akan muncul generasi emas yang siap membawa Indonesia menuju kemakmurannya.

            Maka sebagai generasi muda bangsa Indonesia, sebaiknya memiliki rasa cinta tanah air, prinsip kejujuran agar tidak korupsi, dan memiliki semangat untuk terus berkarya lebih baik lagi agar dapat mengharumkan nama bangsa sekaligus menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Dengan begitu, kita tidak bisa lagi dibodohi semata-mata atas nama uang dan kekuasaan, yang terus menghambat negara kita untuk maju dan menjadi lebih baik lagi dalam menjawab tantangan di masa depan dimana teknologi akan terus berkembang semakin pesat.

            Seperti kata orang, masa depan dimulai dari sekarang, karena langkah yang kita ambil sekarang lah yang menentukan masa depan.

sumber:

0 comment: