Sunday, April 9, 2017

Bulan Empat

Setelah sekian banyak post di blog gue yang isinya cukup menunjukan kekhawatiran, kebingungan, dengan segala pertanyaan yang timbul tenggelam di pikiran berkaitan tentang hakikat manusia dan sebagainya.. filosofi shits.. Kirain makin lama makin hilang dan terpendam aja seiring hidup makin sibuk. Tapi sekarang enggak, masa? Makin banyak nanya ini itu tapi semuanya terlalu berat dan bikin makin beban jadi berusaha diilangin aja? Berusaha terbawa arus dan sedangkal mungkin biar bisa bertahan hidup aja ya gak sih? Soalnya merasa (atau ya punya pikiran) manusia -- apapun tujuan kita di dunia entah asli entah fana ini -- bener-bener ngisi waktu aja dari lahir sampe nanti ya pasti mati. Terus tapi memaksimalkan apapun potensi yang dipunya untuk memaksimalkan apapun tujuan dan harapan kita selagi ada waktu? Kayaknya tujuan manusia ada apapun itu tadi itu udah gagal dicapai sama manusia sih.. ini individu debu atom mini partikel tinggal di negara namanya Indonesia lagi di tahun 2017 masehi dan lagi ngetik post ini menggunakan bahasa yang dipelajarinya pernah berdebat sama temennya, namanya Dimas, kalo dia mikir tujuan manusia itu ada ya untuk bertahan hidup, jadi selama manusia masih punya insting bertahan hidup dan masih hidup ya berarti masih sesuai sama tujuan. Tapi ya gimana sih rasanya udah gak ada manfaat aja species manusia kalau speciesnya sendiri juga cuma lagi-lagi hidup di tuntutan kurang lebih sama, sistem yang sama, dan dalam proses berkembang itu mati-matian rasanya untuk mencoba hidup benar-benar hidup tapi disaat yang bersamaan merusak diri itu nikmatnya bukan main. Bisa meledak atau hilang sesaat itu bener-bener dibutuhkan, tapi gak bisa. Kayak penjara kadang tapi ya di depan manusia lain ya harus menampakkan yang biasa biasa saja. Astaga salah gaksih mikir gini? Apa kurang bersyukur? Apa karena gue belajar psikologi? Timeline hidup yang udah terstruktur kayak aduh determined atau free-will entahlah. Belum lagi ngomongin budaya dan agama dan negara. Terus ideologi. Minat. Kacau banget dua minggu banyak banget term keluar masuk yang intinya bersamaan dengan diri yang ngerasa berada di antara dua titik disonansi mulu, titik rational-irrational (kalau emang ada titiknya ya, anggap aja ada), titik konsep-teknis, titik intention-behavior. Fase moratorium kapan mau selesainya tolonglah harus diusahakan dari dalam diri sendiri sih bener-bener gak ada faktor eksternal kalo ngomongin ini. Pola pikir pola pikir pola pikir benturan kompromi benturan kompromi tesis antitesis gitu saja terus siklus ini. Butuh bersyukur tapi pengen bunga matahari tiba-tiba entah untuk mensimbolkan apa tapi bunga matahari itu bagus, ya? Ya salah satu hal bagus yang ada di bumi lah.
Hahahaha kacau rasanya kayak otak lagi dihisap muter-muter


salah satu hari yang pernah baik, di antara hari yang pernah tidak baik dan akan ada lagi sepertinya entah kapan tapi semoga masih lama
9 april 2017
emang baik tuh apa sih?

Oh iya! Seketika gak suka sama term 'love' dan term 'happy' karena gak tau, semuanya memang fiksi dan subjektif dan relatif pada dasarnya tapi dua term itu tuh aduh bener-bener hanya mendekati tapi tidak mendefinisikan apapun buat apa sih? tapi kalo kata 'senang' gak apa-apa karena mendeskripsi perasaan pada saat itu, cuma goal hidup 'to be happy' bullshit gaksih
dan ya iri masa sama manusia yang udah punya tujuan hidup yang clear huhu i used to have that as well


+ edit (13/4/17): ya, sehari setelah nulis racauan ini besoknya di kelas teori kepribadian belajar teori dari erich fromm. entah cocokologi atau enggak, tapi ada beberapa keberisikan pertanyaan cacar logika di atas itu memang udah dijelaskan duluan sama fromm melalui teori human dilemma nya. intinya, sebagai manusia harus terima aja karena kita bukan seperti binatang aja yang punya insting untuk bertahan hidup, manusia punya kemampuan penalaran. adanya penalaran ini bikin serba salah karena di satu sisi kita bisa bertahan hidup juga karena penalaran, tapi penalaran membuat kita sadar bahwa kita merupakan being yang terpisah dan ...menyadari akan banyak pertanyaan dan hal yang gak ada jalan keluar. paling fundamental itu ketika manusia tau akan mati tapi berusaha mengatasi hal itu, gue lupa yang kedua apa masa tapi yang ketiga itu manusia sadar dia makhluk yang pada akhirnya harus bisa mandiri --bisa terpisah dari orang lain, tapi di satu sisi tetep ingin punya hubungan sama orang lain, masih rely. hmm. ya kira-kira begitulah belajar keprib selalu menyeramkan dan menggemaskan, berat juga kadang..

oiya mau nanya lagi: sejauh mana sih batasan seseorang bisa ditoleransi atau dijustifikasi atau dimengerti atau dipahami?

0 comment: